Gangguan Saat Tidur, Penyebab Dan Cara Mengatasinya
Gangguan Saat Tidur, Penyebab Dan Cara
Mengatasinya
Saat kita mengalami gangguan tidur seperti waktu dan kualitas tidur yang kurang, maka kita akan merasakan badan pegal, lemas, dan sulit konsentrasi seharian. Kondisi ini sering dianggap karena badan yang tidak fit atau asupan makanan yang kurang.
Bisa saja hal ini karena tidur yang terganggu akibat gejala penyakit ‘berat’ lainnya. “Gangguan tidur seperti insomnia, misalnya, sebenarnya merupakan gejala, bukan jenis penyakit. Seperti demam yang menjadi gejala berbagai penyakit. Insomnia bisa jadi gejala penyakit hipertensi, diabetes, obesitas, early aging, gangguan siklus menstruasi, hingga kanker,” jelas dr. Andreas Prasadja, RPSGT, Sleep Technologist dari Klinik Gangguan Tidur, RS Mitra Kemayoran, Jakarta. Bukan hanya insomnia dan sleep apnea (mendengkur), beberapa perilaku tidur merupakan suatu gangguan, Penyebabnya adalah pola tidur yang terganggu. Berikut beberapa gangguan saat tidur, penyebab dan cara mengatasinya :
1. Delayed Sleep Phase Disorder (DSPD)
Ketika tidak bisa langsung tidur di saat waktu tidur yang umum (jam 22.00 – 24.00), seringkali mengeluh insomnia
“Baru bisa tidur menjelang pagi (misal, pukul 02.00, pukul 03.00) bukan berarti insomnia atau tidak bisa tidur, namun waktu tidur makin larut. Artinya, jam tidur dia memang baru jam segitu, jam biologis penderita tidak sama dengan jam biologis umum. Hanya saja, begitu dia tertidur, tidurnya akan pulas sampai sulit bangun pagi harinya. Akibatnya, seharian mudah mengantuk, kelelahan mudah lupa, dan susah konsentrasi.
Penyebab : Aktivitas tinggi sehingga menunda-nunda waktu tidur sehingga jam biologisnya berubah, timbul stress, dan kelelahan.
Cara mengatasi : Dengan Lightherapy, yaitu malam sebelum tidur, hindari cahaya berlebih selama dua jam. Ketika bangun, ‘isi’ ruangan dengan cahaya alami matahari selama dua jam.
2. Sleepwalking
Berjalan dalam tidur terjadi ketika baru mencapai tahap Non-Rapid Eye Movement (NR) atau bukan tahap tidur pulas. Ketika seseorang mengalami sleepwalking, bagian otak yang mengontrol perilaku terbangun, sedangkan yang merekam aktivitas malah ‘tidur’. Itu sebabnya kita tidak ingat pernah melakukan sleepwalking.
Penyebab : Stres, kurang tidur, dan susah tidur diperkirakan jadi faktor utama. Orang yang tidur berjalan tidak membahayakan. Justru, kondisi yang ditemui saat tidur berjalan yang berbahaya bagi penderitanya, seperti terjatuh dan tersengat listrik.
Cara mengatasi : Dokter membantu mengatur waktu tidur.
3. Halusinasi
Satu siklus tidur berurutan dari Wakefullness (W atau berangkat tidur), Rapid Eye Movement (R) menuju NR (N1, N2, N3). Apabila satu fase pada siklus ini melompat, seperti dari Wà separuh N1à langsung R, keadaan kita menjadi setengah sadar dan setengah mimpi.
Akibat dari keadaan tersebut, munculah halusinasi. Seperti mendengar suara-suara, melihat benda atau sensasi sosok lain yang hadir di kamar. Bentuk sosok ini berbeda tergantung latar belakang budaya, seperti hantu-hantu seram ala Indonesia, tapi di negara barat bagai melihat alien atau hantu.
Penyebab : Kelelahan dan kekurangan tidur yang sangat ekstrim.
Cara mengatasi : Memperbaiki pola tidur.
4. Sleep Paralysis
Selama fase R, aktivitas bermimpi meningkat tapi otot-otot diam bagai lumpuh. “Kelumpuhan (paralyze) sementara ini merupakan mekanisme pengaman tubuh supaya tidak beraktivitas seperti yang ada di mimpi. Ada kalanya kelumpuhan tetap terjadi ketika terbangun. Inilah yang disebut, dalam mitos, ketindihan.” Bisa juga sleep paralysis terjadi bersama halusinasi, menimbulkan perasaan kehadiran sesuatu dan tercekik.
Penyebab : Kuantitas dan kualitas tidur yang sangat kurang, stres, depresi, atau kelelahan.
Cara mengatasi : Perbaikan pola tidur, juga lingkungan tidur yang dibuat nyaman.
5. Sleep-related Eating
Mirip seperti sleep-walking, dalam keadaan tidur, seseorang tiba-tiba bangun, menuju dapur, masak, dan makan, lalu kembali tidur. Keesokan harinya, dia tidak ingat kejadian tadi meski ditemukan remah-remah makanan di sekitarnya. Kondisi ini terjadi saat kerja otak untuk terbangun dan tidur saling menyatu pada kerja otak saat itu.
Penyebab : Stres akut, sedang melakukan diet ekstrim, atau terkait eating disorder seperti anoreksia dan bulimia.
Cara mengatasi: Konsultasi pada ahli untuk identifikasi penyebabnya. Hindari konsumsi obat tidur dan penuhi kebutuhan waktu tidur.
6. Narkolepsi
Kelainan pada system saraf yang mengakibatkan hilang control atas tidur dan bangun. Penderita merasakan kantuk sepanjang hari dan dapat tiba-tiba tertidur di tengah aktivitas, seperti ketika bekerja atau menyetir mobil. Sleep paralysis merupakan salah satu gejala narkolepsi.
Penyebab : Tidak diketahui pasti penyebab narkolepsi. Secara ilmiah, penderita memiliki jumlah hypocretin yang rendah pada otak. Zat kimia ini berguna mengontrol tidur.
Cara mengatasi : Selain meminum obat antidepresan, paling penting mengubah gaya hidup dulu. Hindari rokok dan alkohol, terutama menjelang malam, olahraga, dan menjadwalkan tidur siang beberapa menit (20-40 menit) tiap hari.